Riset Aksi Petani

Mengapa Riset Aksi?

Bila dilihat secara kritis, dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat — khususnya masyarakat marginal – selalu diliputi dengan berbagai permasalahan, baik yang menyakut kehidupan sehari-harinya maupun mata pencahariannya. Masalahnya, kebanyakan warga masyarakat hanya bisa merasakannya, namun tidak tahu persis ”duduk perkara” mengapa dan bagaimana permasalahan mereka muncul dan akibat yang akan ditanggungnya. Hal ini karena mereka tidak tahu bagaimana cara untuk mencegah sebelum terjadi atau memecahkannya.

Hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu mereka ”diam” saja dan mencoba beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada hingga menjadi terbiasa, kemungkinan lain adalah ”mengamuk” karena tidak tahan. Kedua reaksi tersebut menjadi tidak baik untuk perkembangan warga masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, masyarakat memerlukan cara untuk ”memperjelas” duduk perkara permasalahan yang mereka hadapi. Cara ini untuk membiasakan masyarakat dalam melihat permasalahan tidak secara ’hitam-putih’ atau siapa saja yang ada di luar mereka adalah sebagai musuh. Karena pada kenyataannya tidak semua pihak sepakat atau sepaham dalam melihat permasalahan. Ada semacam gradasi dalam penentuan sikap dari pihak-pihak lain di luar mereka. Sehingga dalam proses menyelesaikan permasalahannya masyarakat membutuhkan kemampuan melihat berbagai pihak yang mendukung penyelesaian masalah.

Riset aksi ini akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menguasai isu-isu yang berkembang, sehingga tidak mudah tersesat atau disesatkan oleh pihak-pihak tertentu yang bermaksud tidak baik dalam penyelesaian permasalahannya.

Bagaimana Riset Aksi diselenggarakan?

Riset aksi sebagai sebuah metodologi untuk membangun gerakan masyarakat memiliki beberapa tahapan dan langkah-langkah. Biasanya tahapan ini dilakukan dalam suatu pertemuan khusus para warga atau perwakilan kelompok masyarakat. Berikut tahapan dan langkah-langkahnya:

Tahap Pertama: Pertemuan wakil-wakil kelompok untuk mengumpulkan isu-isu.

Dalam pertemuan ini, wakil-wakil kelompok (peserta) mengumpulkan isu-isu yang berkembang di wilayahnya. Dari isu-isu yang terkumpul kemudian golong-golongkan berdasarkan isu yang sama. Selanjutnya, dari isu-isu yang sudah digolongkan tadi sisusunlah skala prioritas. Misalnya bisa dengan ukuran, mana isu yang yang mendesak dan penting, mana isu yang agak mendesak dan penting, mana isu yang tidak atau kurang mendesak. Proses selanjutnya adalah menentukan isu yang (paling) dominan di antara isu-isu yang sudah teridentifikasi mendesak dan penting. Ukuran dominan ini diantaranya, adalah mendasar bagi masyarakat, mempengaruhi (melibatkan) banyak orang, berdampak luas bila didiamkan, dan mampu dilakukan.

Tahap Kedua: Pertemuan untuk menyusun rencan riset aksi.

Setelah isu dominan terpilih, langkah selanjutnya adalah mengurai isu tersebut untuk mendaftar data dan informasi terkait isunya yang belum dimiliki. Dari daftar-daftar yang tersusun tersebut, selanjutnya di buatkan daftar pertanyaan-pertanyaan untuk mencari jawabannya, menentukan siapa responden (narasumber) yang akan diminta keterangannya, kapan waktunya, dan siapa pelakunya.

Tahap Ketiga: Melaksanakan riset.

Tahap ini peserta kegiatan riset aksi yang sudah dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil terjun ke lapangan untuk melakukan pencarian data dan informasi yang dibutuhkan. Kelompok-kelompok kecil bisa dibagi berdasarkan lokasi tempat pencarian data, responden, atau bentuk data dan informasi yang ingin diperoleh. Pendokumentasian data dan informasi yang ingin dibuktikan bisa dengan cara ditulis, digambar, atau difoto. Periode riset aksi ini bisa dilakukan beberapa waktu lamanya sesuai dengan kebutuhan. Misalnya dengan sebulan dengan beberapa kali ke lapangan.

Tahap Keempat: Pertemuan untuk menganalisis hasil riset.

Dalam pertemuan ini peserta kegiatan mencoba mengkritisi data dan informasi yang diperoleh dengan mencoba melihat apa yang salah dari isu yang ingin dipecahkan, mendiskusikan idealnya harus seperti apa, dan membuat draft usulan. Draft yang sudah tersusun selanjutnya didiskusikan kembali kepada siapa draft tersebut ditujukan pada tahap kegiatan dialog nantinya.

Tahap Kelima: Kegiatan ”dialog” untuk mendiskusikan draft dengan pihak-pihak terkait.

Kegiatan ini merupakan kegiatan ”aksi”. Pada tahap ini peserta kan melakukan dialog dengan pihak-pihak terkait ini seperti (perwakilan) masyarakat luas di wilayahnya, pemerintah daerah, legislatif daerah, maupun pihak-pihak lain yang terkait langsung dengan isu yang dimaksud. Kegiatan dialog ini bisa diikuti oleh semua peserta maupun dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan pihak-pihak yang akan diajak diskusi. Tergantung situasi dan kebutuhan. Dialog ini bertujuan untuk mencari dukungan masyarakat luas atau pihak pemerintah dan legislatif daerah dan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

Agar para peserta mampu melakukan rangkaian kegiatan riset aksi dengan baik, diperlukan serangkaian pelatihan, di antaranya yaitu: menganalisis hubungan sebab-akibat dan merangkai berbagai data dan informasi, teknik wawancara, dan teknik negosiasi.